Sarch Aviation abbreviations and acronyms

Custom Search

U.S. NOTAM office

 
NOTAM Retrieval
Enter up to 50 ICAO Identifiers, separated by a space:
Text Type: Report Raw
   FAA Special Use Airspace(SUA) Information
  Always Check Attention Notices for the most up to date information
  on DoD flight planning.
  The U.S. NOTAM office specialists do not provide NOTAM briefings.

Batavia Nyasar, Mirip Kasus Insiden Majene

Posted 23.20 by aviasi in Label:
JAKARTA - Pesawat Boeing 737-300 milik maskapai Batavia Air rute Jakarta-Pontianak sempat kehilangan arah dan tersasar sampai ke atas Kota Ketapang yang berjarak ratusan kilometer dari Kota Pontianak Jumat malam 27 Februari 2009.

Pesawat yang mengangkut 125 orang penumpang dan tujuh awak itu diduga mengalami kegagalan fungsi sistem navigasi dan komunikasi sehingga sempat hilang kontak selama 15 menit. Pesawat dengan nomor penerbangan JP-209 yang dikendalikan pilot M Amin dan kopilot Himawan itu lepas landas dari Bandara Soekarno- Hatta Cengkareng sekitar pukul 19.25 WIB dan dijadwalkan mendarat di Bandara Supadio, Pontianak, sekitar pukul 20.30 WIB.

Namun, menurut Kepala Cabang PT Metro Batavia Air Yunan Ismail, sewaktu hendak mendarat, sistem komunikasi maupun radio yang ada di kokpit pesawat mendadak tidak berfungsi. Pilot kemudian memutuskan untuk menunda pendaratan sambil mencoba memperbaiki gangguan.

Pesawat itu sempat mencapai Kota Ketapang dan berputar beberapa kali di atas kota. Waktu tempuh menggunakan pesawat bermesin jet sekitar 15 menit. Otorita Bandar Udara Rahadi Oesman, Ketapang, juga sudah siap untuk antisipasi kemungkinan pesawat itu mendarat meski landasan pacunya tidak memadai Ketika berada di atas Kota Ketapang itu, salah satu sistem navigasi kembali berfungsi.

Pilot kemudian memutuskan untuk mengembalikan rute ke arah Bandara Supadio Pontianak. Sekitar satu jam dari jadwal yang direncanakan, pesawat itu mendarat di Bandara Supadio. Dirjen Perhubungan Udara Budhi Muliawan Suyitno yang menerima laporan dari otoritas Bandar Udara Rahadi Oesman Ketapang menyebutkan sekitar pukul 20.20 WIB di atas wilayah Kota Ketapang terdeteksi sebuah pesawat jenis Boeing terbang rendah dan berputar-putar seperti kehilangan arah.

"Petugas menara Bandara Rahadi Oesman mencoba menghubungi pesawat, tapi tidak ada jawaban," ujarnya. Lalu, ujar Budhi, pihak Bandara Rahadi Oesman menghubungi Bandara Supadio Pontianak dan mendapat informasi bahwa pesawat tersebut milik maskapai Batavia Air yang kehilangan posisi.

Menurut laporan tersebut, ujar Budhi, sekitar pukul 20.55 WIB pihak Bandara Supadio Pontianak telah berhasil melakukan komunikasi dengan pesawat tersebut dan mendarat sekitar pukul 21.20 WIB. Ketika ditanyakan apakah tersasarnya pesawat tersebut karena adanya kerusakan alat navigasi serta komunikasi,Budhi Muliawan mengatakan peristiwa tersebut bisa disebabkan adanya unsur kerusakan pada alat pesawat dan bisa juga karena kelalaian pilot.

Namun, dia mengatakan sesuai prosedur, laporan resmi akan diberikan, menunggu hasil penyelidikan dari Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT)."Harus ada, menunggu penyelidikan dulu dari KNKT dan akan ada pemeriksaan kepada pilot bersangkutan,"ujarnya.

Menurut penuturan Costumer Service Manager Batavia Air Edi Haryono, penyimpangan rute tersebut disebabkan cuaca buruk. Dia membantah bahwa terjadinya penyimpangan arah pesawat disebabkan kerusakan pada alat navigasi pesawat. Menurut Edi, hasil pemeriksaan kondisi pesawat laik terbang dan semua peralatan baik alat komunikasi maupun navigasi dalam keadaan baik.

Edi mengaku belum dapat menyimpulkan penyebab penyimpangan rute pesawat tersebut. Dia mengatakan pihak Batavia Air masih melakukan proses investigasi internal atas insiden tersebut." Tunggu saja hasil penyelidikan internal, kami juga sedang memeriksa pilot yang menerbangkannya," tandas dia.

Membahayakan Penerbangan

Pengamat penerbangan Sri Subekti menilai, kerusakan pada sistem navigasi pesawat seperti inertial reference system (IRS) sangat membahayakan penerbangan. Terlebih jika pilot dan kopilot tidak memiliki kemampuan atau pengalaman menerbangkan pesawat dalam kondisi tersebut.

"Kerusakan pada IRS bisa membahayakan, bisa terjadi seperti (kecelakaan) di Majene," ungkap Sri saat dihubungi Sindo kemarin. Oleh karenanya setiap maskapai yang pesawatnya menggunakan IRS diwajibkan memberikan pelatihan kepada para pilot. Menurut dia,dalam kondisi IRS rusak, para pilot dituntut untuk bisa menggunakan sistem navigasi secara manual.

"Kalau ada peralatan yang rusak, detection flight akan menyala. Saat itulah pilot mematikan sistem otomatis dan mengubahkan ke manual,"tuturnya. Sri menuturkan, pilot sebetulnya bisa menggunakan kompas sebagai penunjuk arah apabila terjadi kerusakan pada IRS. Setiap pesawat udara biasanya dilengkapi tiga kompas yang salah satunya, yakni standby compass, dirancang agar tidak bisa rusak.

"Masih ada kompas sebagai minimum equipment. Nah, masalahnya apakah pilot pernah dilatih dengan kondisi IRS rusak?" ujar eks pilot senior Garuda Indonesia ini. Selain kompas, pilot juga bisa mengandalkan peralatan navigasi di darat, yakni non-directional beacon (NDB). Sinyal dari NDB kemudian akan ditangkap oleh automatic direction finder (ADF) yang berada di pesawat udara.Namun,ujar Sri,kedua peralatan navigasi tersebut sudah dianggap kuno dalam dunia penerbangan.

"Saat ini ada yang namanya veryhigh frequency omni range (VOR).VOR ini lebih akurat,"tuturnya. Sri berharap Direktorat Sertifikasi dan Kelaikan Udara (DSKU) Departemen Perhubungan (Dephub) lebih cermat dalam melakukan pengawasan. Sebab, tutur dia, masalah IRS ini sudah lama terjadi dan hingga saat ini belum ada solusinya.

"DSKU ini tidak cukup hanya direnovasi, tetap harus dibongkar fondasinya," tandas Sri. Kepala Dinas Pelayanan Lalu Lintas PT Angkasa Pura (AP) II Cabang Bandara Supadio, Pontianak, Syarif Usmulyani Alkadrie mengatakan, tidak berfungsinya sistem komputerisasi untuk navigasi dan komunikasi itu jarang terjadi.

"Mungkin setelah puluhan ribu jam terbang, baru ditemukan kasus tersebut," katanya. Sistem navigasi dan komunikasi memegang peranan penting dalam dunia penerbangan, terutama saat pesawat tengah terbang malam. "Ketika instrumen bermasalah, terbang malam seperti orang buta," kata dia.

Dia mengaku bersyukur pesawat jenis Boeing 737 seri 300 tersebut masih dapat dibimbing dari Bandara Supadio dan mendarat di Pontianak meski sempat hilang kontak selama sekitar 15 menit. "Ada frekuensi emergensi yang masih dapat digunakan sehingga pesawat itu dapat mendarat di Pontianak,"kata dia.

Mengenai tingkat bahaya dari kegagalan sistem komputerisasi tersebut, Syarif Usmulyani mengatakan, secara umum pesawat dalam kondisi baik dan memenuhi syarat. "Bahan bakar masih cukup. Mesin sewaktu dihidupmatikan setelah mendarat juga baik," katanya.

Seperti diberitakan, kecelakaan yang menimpa pesawat AdamAir Boeing 737-400 dengan nomor registrasi PKKKW di Majene pada 2007 silam disebabkan kerusakan pada IRS. Sebelumnya, pesawat AdamAir nomor registrasi PK-KKV rute Jakarta- Makassar juga harus mendarat darurat di Tambolaka, Nusa Tenggara Timur (NTT) karena kerusakan pada sistem navigasi.


0 comment(s) to... “Batavia Nyasar, Mirip Kasus Insiden Majene”

0 komentar:

Posting Komentar


Your Ad Here

Satellite Images


Latest ASEAN Image (click here to enlarge)

 

Image Loop

Animation of past

24-hour images

 

Airport Database




Pressure Conversion

Pressurei
to
Pressuref


Temperature Conversion

Fahrenheit (oF)  to Celsius (oC)
Celsius (oC)  to Fahrenheit (oF)


Windspeed Conversion

Windi to Windf


Heat Index

Temperature (oF) Relative humidity (%)
  Heat index (oF)


Relative Humidity

Temperature (oF) Dew point (oF)
  Relative humidity (%)


Windchill

Temperature (oF) Wind speed (mph)
  Windchill (oF)


A JNLP File for the Flight Path Tool Application. @version 1.0 @date 2004/9/30 @author Arnaud Dumont --> Flight Path Tool - v2 NCAR - RAL Flight Path Tool Flight Path Tool The new ADDS Flight Path Tool, based on the JADE application framework